Skip to content

Leonardo Dalam Musik Bertutur

December 20, 2013

Judul Album : The Sun
Artis : Leonardo
Label : Demajors
Tahun Rilis : 2010

Bukan.Ini bukan album jazz.Walaupun cover depannya memperlihatakan siluet Leonardo tengah meniup trumpet mirip gaya Miles Davis.Entah kenapa Leonardo memilih pose semacam itu.Ingin gagah-gahan ?.Ah itu sah sah saja.Dan rasanya tak penting kita bahas.Lebih baik kita telaah saja isi albumnya ini.Saya meyakini bahwa mungkin Leonardo ingin membaptis diri sebagai singer/songwriter sebagaimana galibnya Leonard Cohen,Tom Waits atau Bob Dylan.
Mantan vokalis Vessel dan gitaris Zeke & The Popo ini berupaya mengambil gaya folk bahkan post-rock.Leonardo pun mampu menata timbre vokalnya sesuai karakter lagu.
Sebuah penampilan yang memperkaya khasanah musik pop Indonesia yang kerap dikritik berwarna seragam belakangan ini.

Album solo Leonardo "The Sun" rilisan Demajors 2010 (Foto Denny Sakrie)

Album solo Leonardo “The Sun” rilisan Demajors 2010 (Foto Denny Sakrie)

Dengan suara yang agak diberatkan ,bagi saya Leonardo tengah dirasuki Leonard Cohen.Entah itu sadar maupun nggak sadar.Setidaknya itu yang mendera pikiran saya saat menyimak track penguak yang diberi tajuk “Insecure”.Lagu ini bahkan sedikit dilumuri suara trumpet.Ah,jangan jangan ini korelasi trumpet yang ditiup Leonardo pada cover albumnya ?.Lagu ini tampaknya dibumbui sepercik zat adiktif.Karena saya merasa tersihir dan ketagihan ingin menyimak track-track lainnya.Ada endapan masa lalu yang tercerabut pada hulu introduksi yang sekarang kerap menjadi sesuatu yang nyeleneh.Mungkin karena begitu jarangnya pemusik kita yang mengupayakan ritual semacam ini.Ada seraut bunyi chamber yang melipat sisi sisi pola arransemennya.Ini menarik.Seperti sebuah kunjunagn terhadap kredo musik yang natural.Lebih alami.

Upacara musikal yang dipentang Leonardo berlanjut di track kedua “Wonderous Sky”.Terdengar agak bergumam.Sebuah gumam yang kerap saya denger dalam beberapa lagu David Bowie atau Peter Gabriel pasca Genesis.Aura lelaki arif mencuat dari ekspresi Leonardo kata per kata yang dimusikalisassikannya itu.Saya harus menggaris bawahi pola permainan piano Dharmo Sudirman di lagu ini.

Dan yang membuat saya terperanjat adalah mengemukanya anasir choir pada lagu “Light Over Me”.Beberapa waktu lalu saya terperangah menyimak untaian choir yang diperdengarkan Peter Gabriel dalam album terbarunya “Scratch My Back”.Bagi saya choire adalah core sebuah konstruksi lagu yang mampu menstimulasi kendali berfikir kita saat menikmati alunan musik.Choir laksana punya efek kejut.Kartika Jahja yang lebih tenar dengan nama Tika & The Dissidents adalah choir director yang memberi sentuhan personal dibalik vokal Leonardo.Mau tahu siapa yang berada dibalik choir itu.Selain Tika,ternyata ada “the man form the past” David Tarigan serta dua bersaudara Tiara dan Meuthia.
Leonardo terlihat ingin meraih sentuhan artistik yang personal dalam busana lagu yang disajikannya di album ini.Dia seperti berbinar menyusupkan bunyi-bunyian masa lalu yang classy.
Silakan simak era keemasan swing big band pada lagu “Midnight Hooray” yang diimbuh petikan gitar elektrik yang meliuk ke pola blues.
Penafsiran atas tema yang dijejalkan mungkin yang patut lebih diasah oleh Leonardo.Karena sebetulnya Leonardo memiliki fleksibiltas dalam produksi bunyi vokalnya itu sendiri.Ini adalah sebuah kelebihan yang bisa dikembangkan lebih jauh lagi.
Dan saya masih tetap menantikan,apakah Leonardo memberi peluang untuk menuliskan dan menyanyikan lagu-lagu karyanya dalam bahasa Indonesia.

Denny Sakrie
0818417357

Leave a Comment

Leave a comment